Beauty Victoria

Beauty Victoria
Victoria Song

Selasa, 24 April 2012

Be Good Stranger [7] END



Tittle : Be Good Stranger

Author : retnoboo

Genre : horror, romance, angst, au 

Rating : G / PG-13 

Lenght : Chaptered

Cast :
- Aku (karna saya gak pake nama siapapun)
- find it!





 ==========================================================================

“can I buy this?”

“sure. It’s $.80.”

“this ist. Thanks.”

Aku baru saja keluar dari sebuah ruko didekat rumah sewaku. Aku membeli beberapa peralatan pembersih rumah yang biasanya kugunakan saat musim dingin. Aku yang sejatinya tak pernah melakukan bersih-bersih rumah sekarang harus melakukan pekerjaan itu karna keputusanku untuk hidup mandiri dinegeri orang. Ya, aku sedang berada di Munich, Jerman. Lebih tepatnya bertempat tinggal didaerah pinggiran kota yang jauh akan hiruk pikuk keramaian.

Aku melanjutkan studyku ke Negara ini. dengan persetujuan dari kedua orang tuaku, aku nekad terbang ke Negara salju ini. tak butuh waktu lama bagiku untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitarku. Dalam waktu kurang dari 3 tahun, aku sudah bisa bersosialisasi dengan baik tanpa adanya sindiran dan hinaan seperti masa-masaku dulu.

Semua orang dikota ini tak pernah memandangku dengan pikiran negative, mereka selalu memperlakukanku layaknya manusia normal. Hanya saja, kadang mereka masih belum mengerti kenapa orang sepertiku, yang selalu mereka puja-puja sebagai wanita asia paling cantik dikota ini, diperlakukan kasar dan tidak bermanusiawi dinegaranya sendiri.

“erlaubnis, kann ich das reservieren moccaccino?” (permisi, bisakah aku pesan satu moccacino?)

“naturlich warten. Sie eine minute.” (tentu. Tunggu sebentar.)

Aku singgah kesuatu kedai yang jaraknya tak jauh dari ruko yang baru saja kusinggahi. Ini adalah kedai favoriteku untuk berleha-leha. Sehabis pulang dari kuliah yang begitu menyita waktu, aku tak pernah lupa untuk mampir terlebih dahulu kekedai ini untuk sekedar mencicipi kelezatan moccacino buatan seorang lelaki italia paruh baya yang merantau ke Negara ini.

“dies ihr moccacino.” (ini moccacinomu.)

“danke.” (thank you.)

Aku menyesap sedikit demi sedikit moccacino yang kupesan. Walaupun rasanya tak senikmat buatan ibuku. Namun mocaacino disini adalah moccacino nomor dua yang paling bisa membuatku ketagihan.

“es gab jemanden, der dies für sie hinterlassen.” (ada seseorang yang menitipkan ini untukmu.)

Mario, begitu biasa orang tersebut kupanggil, secara tiba-tiba memberikanku sepucuk bunga mawar. Hal yang pertama kali terbesit dalam otakku adalah, siapa orang iseng yang memberikanku bunga dimusim dingin seperti ini. bunga mawar tidak akan bertahan lama dimusim dingin. Tega-teganya ia memetik bunga itu hanya untuk menyerahkannya padaku.

“war die person ist?” (siapa orang itu?)

“ich weiβ nicht. Er fragte nur dass es blumen gaben ehnen.” (entahlah, aku juga kurang tau. Ia hanya berpesan agar menyerahkan bunga itu padamu.)

Aku diam. Lama sekali aku memandangi bunga mawar itu dan mencari-cari kesimpulan siapa dan mengapa orang itu memberikan bunga mawar padaku. Aku tak punya kenalan lelaki kecuali tetangga didekat rumahku dan beberapa teman kampusku yang sebenarnya juga tak mengindahku terlalu berlebihan.

“und andere. Sieht aus wie er ist koreanisch. Da die haut ist ganz weiβ und seine augen waren schmal für die gröβe der meisten europäischen.” (dan satu lagi. Sepertinya dia orang korea. Karna kulitnya putih dan matanya lumayan sipit untuk ukuran orang eropa kebanyakan.)

“koreanischen volkes?” (orang korea?)

“ja, koreanisch. Nur daran erinnern dass ihm liefern blumen in einem alten freund in shop-kunden . Und das einzige das ich derzeit shop-kunden nur du.” (ya, orang korea. Tadi dia berpesan agar mengantarkan bunga itu pada seorang teman lamanya didalam kedaiku. Dan satu-satunya pelanggan dikedaiku saat ini hanya kau.)

Aku mendadak lupa akan waktu dan tempat yang kupijak sekarang. Aku mulai membongkar memori-memori lama yang mungkin masih tersimpan rapi didalam otakku. tak mungkin jika teman atau yang lebih tepatnya kusebut musuh-musuhku saat masih bersekolah dikorea mengirimiku bunga. Itu sangat mustahil kecuali…

“Se Hun? Wirklich?” (Se Hun? Benarkah?)

“wenn sie neugierig sind. Können sie in der nähe des terminalen ende der straβe sehen. Es scheint er ist emmer noch da.” (jika kau penasaran. Kau bisa menemuinya diujung jalan dekat terminal. Sepertinya ia masih disana.)

“dieses geld. Danke Mario.” (ini uangnya. Terima kasih Mario.)

Aku langsung bergegas pergi menuju terminal bus yang jaraknya tak jauh dari kedai yang baru saja kutinggalkan. Aku berlari dengan kecepatan penuh dan hampir saja terjatuh saat tak berkonsentrasi pada arah jalanku.

Aku sampai. Dan aku tak bisa mengatur deru napasku begitu melihat seorang lelaki tengah berdiri diambang pintu terminal dengan menengadahkan kepala keatas langit. Detak jantungku seperti dipompa 1000 kali lebih cepat dari biasanya. Dan aliran darahkupun seakan berdesir lebih cepat melalui pembuluh venaku.

“KAU?”

Ia menoleh lalu menyunggingkan senyum khasnya yang tak pernah bisa kulupakan.

“hallo, apa kabar? Lama tidak berjumpa.”


=====================================================================================


“jadi apa rencanamu selanjutnya?”

“aku akan menetap dan mencari pekerjaan di negara ini.” ucapnya enteng.

“kenapa tidak bekerja di korea saja? Disini sulit mencari pekerjaan untuk orang asing.”

“karna selain untuk pekerjaan, aku juga mempunyai tujuan lain datang ke Negara ini.”

Baru beberapa bulan yang lalu Se Hyun atau yang lebih tepatnya kupanggil dengan sebutan Se Hun, menuntaskan masa tahanannya dan kembali kedunia normal. Sekarang ia telah bertempat tinggal di kawasan yang tak jauh dari area rumahku. Ia sengaja datang jauh-jauh dari korea hanya untuk mencari pekerjaan disini padahal di Negara korea ia memiliki segudang perusahaan warisan dari ayahnya yang bisa ia kelola sendiri.

“lalu perusahaan ayahmu?”

Aku menyesap moccacino hangat kesukaanku. Saat ini sedang turun salju dan udara sangat dingin walaupun sudah dinyalakan pemanas. Kami duduk diujung kedai sambil mendengar alunan music klasik dari sebuah pemutar music lama. Ia sudah menghabiskan secangkir coklat hangatnya sedangkan aku masih menyesap sedikit semi sedikit mocaacinoku yang sudah mulai mendingin.

“perusahaan-perusahaan itu akan dikelola oleh kakak perempuanku. Aku sengaja menghadiahinya perusahaan-perusahaan itu untuknya saat dia dengan senang hati menyetujui keputusanku untuk menetap di jerman.”

Se Hun pernah menceritakan padaku bahwa kakak perempuannya adalah orang yang sangat demokratis. Ia tidak akan memaksakan kehendaknya pada orang lain dan tak akan mau hidup diatur-atur oleh orang lain. saat berumur belasan tahun, kakaknya melarikan diri dari rumah dan hidup merantau seorang diri tanpa akomodasi sepeserpun dari orang tuanya.  Mulai dari saat itu, ayahnya tak pernah lagi menganggapnya sebagai anak dan  hanya mencantukan nama Se Hun sebagai satu-satunya anak mereka dikartu keluarga.

Namun setelah kejadian yang merenggut nyawa ayahnya, ia kembali dan menyesali perbuatannya.

“aku yakin, dia bisa mengelola semua perusahaan-perusahaan itu. dia sudah sanggat berpengalaman dan dia memiliki wawasan yang sangat luas tentang dunia perbisnisan. Dia tidak akan mengecewakan.”

“lalu apa tujuan lainmu datang kenegara ini?” tanyaku kemudian.

Ia tak menjawab. Hanya mengeratkan mantel coklatnya kemudian merogoh sebuah benda dari dalam kantong mantelnya.

“menikahlah denganku.”

Aku kaget setengah mati ketika ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah lalu membukanya perlahan. Rasanya jantungku ingin keluar dari tempatnya begitu melihat benda yang berada didalam kotak itu adalah sebuah cincin permata. Mulutku yang tak henti-hentinya menganga masih belum bisa menerima kenyataan ini.

Aku masih meilhatnya tersenyum penuh harap sambil menatapku. Lalu aku berpaling untuk menatap cincin yang telah menanti untuk disematkan disela jariku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku beberapa kali sebelum akhirnya aku menjawab.

“aku…”


=====================================================================================


“Selamat atas pernikahan kalian. Semoga kalian akan terus hidup bahagia sebagai pasangan yang saling mencintai.”
 
Kakak perempuan Se Hun menyalamiku dan memelukku dengan hangat saat upacara pernikahan telah usai. Aku tak menyangka jika Se Hun mempunyai seorang kakak yang begitu terbuka dan sangat komperatif dengan-dengan hal-hal ekstrim lebih dari yang kubayangkan. Ia banyak memberikanku nasehat positif dan membangun saat aku menceritakan semua masalah yang terjadi pada kami sebelum akhirnya kami bersama sebagai sepasang kekasih.

“terima kasih. Kau sangat baik.” Ucapku tulus. Kemudian ia menyunggingkan senyum yang tak kalah menawannya dari senyum Se Hun.

“hiduplah dengan damai. Dia sangat mencintaimu, buatlah dia bahagia seumur hidupnya.” Ucap ibu Se Hun yang sekarang resmi menjadi ibu mertuaku. Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan perkataannya.

Setelah acara jabat tangan dan wasiat dari anggota keluarga. Kini saatnya aku harus bertukar cincin dengan Se Hun.

Aku sedikit gugup dan gemetar ketika kembali berhadapan dengan Se Hun. Sampai-sampai aku harus memalingkan wajah kearah lain dan memfokuskan pikiranku ke hal-hal lain agar kegugupanku sedikit berkurang. Aku melihat ibuku yang duduk satu meja dengan keluarga Se Hun ditambah ayahku menganggukkan kepala tanda meyakinkan. Ia tahu jika saat ini aku sedang dilanda panik berkepanjangan.

Se Hun yang menyadari kepanikanku langsung menggenggam tanganku dan mengumbar senyum malaikatnya agar aku merasa tenang. Benar saja, perasaanku sedikit lebih rilex dan pikiranku tak lagi campur aduk dengan hal-hal lain.

Kami saling menyematkan cincin dijari manis dan tersenyum bahagia setelah melihat cincin itu telah berada dijari kami masing-masing. Ia terkekeh begitu melihatku terus menerus tersenyum jahe memperhatikan cincin yang sekarang telah melingkar dengan sempurna dijariku.

“aku mencintaimu selamanya.” Bisisknya disela-sela pemotretan acara pernikahan kami.

“tersenyumlah sebelum foto pernikahan kita menjadi jelek.”

“baik ma’am.”

JPRET…


=====================================================================================


“dan akhirnya merekapun hidup bahagia.”
 
Seorang perempuan sedang menceritakan sebuah kisah klasik pada anak perempuannya. Sang anak yang sedari tadi mendengarkan ibunya berceritapun langsung bertepuk tangan begitu ibunya selesai bercerita. Ia terlihat begitu senang dan kagum pada cerita ibunya.

“mom, ceritakan lagi.”
Rengek anak perempuan itu pada ibunya.

“ini sudah malam sayang. Saatnya tidur.”Ucap sang ibu lalu mengecup pucuk kepala anaknya kemudian pergi meninggalkan kamar anaknya.

“dia sudah tidur?” tanya sang ayah ketika sang ibu baru saja keluar dan menutup pintu kamar sang anak.

Sang ibu terkekeh kecil begitu menyadari si ayah sedang menguping dibalik pintu. Kemudian ia tersenyum lalu menjawab.

“anakmu sudah tidur Oh Se Hun.”

=====================================================================================



THE END



=__Love Is Pain__=

=__I Hate Them Damn Love Songs__=

=__Momento Of Ours__=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar