babyHui StoryLine
[ Disaranin pake backsound The Way I am – Zia, Hello – Huh
Gak, atau My First June – Juniel. Soalnya author ngedengerin
lagu-lagu itu pas bikin part ini. ]
Tiffany Botique, Daejeon, South Korea
Kyuhyun menarik nafas sebentar
kemudian menempelkan handphonenya dibalik telinga. Ia tahu sebenarnya semua
ketakutannya akan menjadi kenyataan. Takdir yang dapat membuat seseorang yang
disayanginya –dicintainya- menjadi sangat menderita dan menerima kenyataan
pahit. Kyuhyun tau itu, ia sudah dapat menerkanya dari awal, namun ia hanya
bisa mengenyahkan pikiran-pikiran itu, dan mengganti spekulasi itu dengan
ribuan pikiran positif yang mati-matian ia pertahankan. Setelah semuanya
berakhir dengan kenyataan pahit itu, Kyuhyun tidak bisa menanamkan kembali
ribuan pikiran positif dikepalanya. Yang ia lakukan hanya berpura-pura menjadi
pria brengsek yang telah membuat wanita yang dicintainya merasakan sakit
bertubi-tubi.
“ Bicaralah Seohyun. Aku akan
mendengarkanmu terlebih dahulu. ” Kyuhyun memaksakan suaranya sedatar mungkin
pada gadis yang sedang berkomunikasi dengannya. Ia hanya tidak ingin membuat
sebuah kesalahan lagi pada masa-masa ini. “ Oppa, aku minta maaf. Aku tau aku
salah oppa. Tidak seharusnya aku menyudutkanmu karena kau telah bertunangan.
Aku benar-benar tidak tau harus bagaimana? Aku mencintaimu, aku tidak ingin kau
dimiliki orang lain, hanya itu. Mendengar kabar bahwa kau akan segera
dinikahkan dengan tunanganmu membuatku kalut, aku tidak bisa berpikir jernih.
Maafkan aku karena memaksamu untuk meninggalkannya, aku tahu kau tidak akan
bisa. ”
Diseberang sana, entah lawan
bicara Kyuhyun itu menyadari atau tidak, setiap kata yang diucapkan gadis itu
bagaikan magnet yang membuat Kyuhyun terhanyut seketika. Suara gadis itu sudah
lama tak didengar Kyuhyun, setidaknya selama 1 bulan ini. tepat ketika
pertunangan Kyuhyun berlangsung, Kyuhyun dan gadis yang dipanggilnya Seohyun
itu tidak pernah lagi berkomunikasi. Setelah pada akhirnya Kyuhyun mendengar
suara gadis itu lagi, lubang dihatinya kembali menganga. Hati yang awalnya
diisi dengan berjuta cinta pada gadis bernama Seohyun itu kini hanya tinggal
kekosongan. Tak ada lagi warna didalamnya, tidak ada lagi kenangan manis yang
tersimpan didalamnya. Kyuhyun telah membuang semuanya, termasuk cintanya pada
gadis itu agar tidak ada lagi yang perlu ia sesali.
Tidak tau apakah jemarinya
tersakiti atau tidak saat Kyuhyun mengepalkan tangannya sedemikian kuat, tapi
ia tak juga bergeming karena yang ada didalam pikirannya hanyalah berpura-pura
menjadi pria yang tangguh. Bukan pria yang akan menangis hanya karena merelakan
cintanya yang tak bisa bersatu.
“ Aku memang tidak akan bisa
Seohyun. Kau tidak perlu minta maaf, ini bukan salahmu. Bukankah kau juga menjadi
salah satu pihak yang tersakiti karena pertunangan ini? Seharusnya aku yang
meminta maaf padamu karena membuatmu tersiksa hanya untuk laki-laki sepertiku. ”
Kyuhyun menatap permukaan tanah seolah-olah ada sesuatu yang menarik disana. Jika
saja Kyuhyun mendongakan kepala, dapat dipastikan genangan air dipelupuk
matanya itu dapat disadari oleh orang-orang yang sedang berlalu lalang
didepannya.
Tanpa disadari Kyuhyun, sejauh 2
meter dibelakangnya, sedang berdiri seseorang yang sedang memperhatikan
gelagatnya. Seorang gadis yang berdiri mematung kurang lebih selama 10 menit
itu tak mengindahkan decakan kagum serta cemoohan orang-orang tentang busananya
serta dandanannya.
Shin Hyo Jin hanya terpaku pada
satu objek –Cho Kyuhyun. Hyo Jin tidak memperdulikan pikiran orang-orang
tentang gaun yang ia pakai atau betapa tidak malunya ia berdiri ditengah
persimpangan jalan dengan memakai pakaian nonformal seperti itu dimuka umum.
Matanya seperti elang sedang memperhatikan Kyuhyun yang sedang membelakanginya.
Sedangkan Kyuhyun masih sibuk
dengan perbincangannya, ia mulai menegapkan badannya begitu mendengar suara
diujung sana mulai terisak walaupun tidak kentara, tapi Kyuhyun masih dapat
mendengarnya karena sedari tadi ia berusaha menajamkan pendengarannya. “ Kau tak
pernah menyakitiku oppa, kau yang terbaik untukku. Maka dari itu, aku
benar-benar menyesal, aku berjanji tidak akan memaksamu lagi oppa, aku akan
menjadi wanita yang terbaik untukmu. Bisakah kau memaafkanku? Aku… Aku akan
menuggumu selama yang kau mau oppa. Aku akan menantimu seperti permintaanmu pada
waktu itu. Aku tidak akan menyesalinya oppa. ”
Sekali lagi –atau untuk yang
kesekian kalinya- Kyuhyun menundukan kepalanya. Pelupuk matanya tak lagi bisa
lagi membendung butiran air yang menggenang itu. matanya ia pejamkan sekuat
yang ia bisa, seakan-akan tak ada hal yang lebih menarik untuk ia lihat karena
semuanya terasa gelap saat perasaannya tak lagi bisa menjadi lebih baik. “ Aku
minta maaf untuk semuanya Seohyun. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bisa
memintamu untuk menungguku lagi. Relakan aku dengan semua keputusan ini. Dan
aku selalu mencintaimu, selamanya. ” Kyuhyun memasukan handphone touch screen
miliknya itu kedalam saku celana setelah memutus panggilan yang ia terima.
Langit biru itu seakan menjadi abu-abu ketika ia baru saja menengadahkan
kepalanya untuk menahan bulir-bulir air matanya agar tak tumpah lagi. Tanah
yang ia pijakpun tak mampu menopang dirinya yang seperti sudah tak bisa berdiri
normal lagi. Pikirannya tak sepenuhnya kacau, hanya saja membuatnya tidak
mengerti apa yang seharusanya ia lakukan sekarang.
Kyuhyun memukul angin kosong
didepannya berharap dapat menumpahkan segala emosinya yang sudah tidak dapat
lagi dibendung. Ia tidak bisa setega itu pada orang yang dicintainya, tapi ia
tetap melakukannya. Ia tahu ini akan lebih sakit lagi jika ia tetap
meneruskannya, dan Kyuhyun tidak mau rasa sakit itu semakin menjadi-jadi.
Cukuplah jika ia yang berkorban, ia tidak mau orang yang dicintainya juga
berkorban jika pada akhirnya tidak akan berujung. Kyuhyun mengerang kesal.
Kesal dengan pertunangan ini, perjodohan ini, keputusan orang tuanya, dan pada
dirinya sendiri.
Kyuhyun berbalik untuk kembali
dan menemukan Hyo Jin berdiri mematung dibalik punggungnya. Ia tidak tahu sudah
berapa lama gadis itu berdiri memandanginya. Gadis itu sedikit terkejut ketika
Kyuhyun berbalik secara tiba-tiba, membuat segala ucapan Kyuhyun yang baru saja
didengarnya buyar begitu saja.
“ Eh- ibumu… menyuruhku memanggilmu. ” Ucap gadis
itu sedikit berhati-hati. Ia mungkin sedang merutuki dirinya sendiri karena
menguping pembicaraan orang lain secara tidak sopan. Dan sialnya, ia ketahuan.
Seharunya ia pergi sejak tadi, bukannya malah membiarkan telinganya menerima
dan mencerna setiap kata yang dikeluarkan Kyuhyun tadi.
Kyuhyun menatap gadis itu
sejenak, mencerna setiap perubahaan air muka gadis itu dengan sangat teliti. “ Aku
tahu. ” ucapnya singkat kemudian melenggang pergi melewati Hyo Jin yang masih
mematung ditempatnya. Kyuhyun bukannya tidak ingin berbasa basi, tapi suasana
hatinya sedang tidak mendukung untuk melakukan hal itu. Ia lebih memilih
bersikap acuh pada gadis itu, dari pada harus mengeluarkan emosinya yang sedang
meledak-ledak didepan gadis itu. itu hanya akan memperburuk keadaan jika saja
ia melakukannya.
“ Ck, ada apa dengan orang itu?
bukankah dia sudah mengajakku berkencan? Tapi kenapa sikapnya masih seperti
singa liar padaku? ” Hyo Jin berdecak kesal. Ia tak seharusnya berbaik hati pada
pria itu jika pria itu saja tidak menunjukan itikad baik padanya.
Hyo Jin berlari kecil mengejar
Kyuhyun yang sudah terlebih dahulu memasuki butik yang mereka datangi tanpa
memperdulikan gaunnya yang sedikit terseret-seret. Perlahan-lahan langkah
kakinya mulai berhenti sebelum ia sempat menginjakan kaki dibutik itu. Ia
terdiam sesaat, tidak yakin dengan apa yang ia pikirkan. Tapi sejuta pertanyaan
mulai berkecamuk didalam otaknya, dan ada satu pertanyaan yang benar-benar
ingin ia ketahui jawabannya.
“ Seohyun… siapa gadis itu? ”
^CHU^
Kyuhyun Car, In The
Street, Seoul
Kyuhyun mengemudikan mobilnya
seperti orang gila. Tak tahu apakah pedal gas yang ditinjaknya itu rusak atau
bagaimana, yang jelas aku bisa melihat speedometer menunjukan angka 130 pada
kursi kemudi. Aku benar-benar menyesal tidak merengek pada ayah Kyuhyun agar
membiarkanku berangkat kuliah dengan berjalan kaki atau menumpang pada eun ji jika
pada akhirnya aku terjebak didalam mobil yang melaju kencang seperti lomba
mobil treli bersama Kyuhyun. aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa saat
ayah Kyuhyun memaksaku untuk pergi bersama Kyuhyun dan mengancam akan melaporkanku
pada ayahku jika aku tidak menuruti perintahnya. Tidak kusangka Kyuhyun akan
menuruti kata-kata ayahnya dan tidak biasanya dia hanya diam saja jika harinya
akan terusik dengan kehadiranku.
Kepalaku hampir saja membentur
kaca mobil kalau saja aku tidak berpegangan erat pada seatbelt yang terapasang
pada tubuhku ketika Kyuhyun menginjak pedal rem secara tiba-tiba. Ini gila, dia
gila, dan aku hampir gila karenanya. “ YA! NEO MICHYEOSEO! Kau tidak bisa lebih
pelan huh? Kau tau berapa kecepatan mengemudi yang dianjurkan polisi lalu
lintas? Kau tau hukuman apa yang akan menimpamu jika polisi melihatmu mengemudi
seperti ini? Ya! Kau dengar tidak? ” teriakku lantang.
Mungkin jika aku tidak mempunyai
otak yang berjalan dengan baik dan jika saja aku seorang wanita temperament
yang ringan tangan, sudah sejak tadi aku mengahantam wajah Kyuhyun dengan
tinjuku. Atau bisa saja aku menampar wajahnya yang mulus tiada duanya itu
dengan tanganku yang sudah sangat gatal tak tertahankan.
“Diam saja. Aku hanya ingin
mampir sebentar. Ada sesuatu yang ingin ku lihat.” Kyuhyun tidak menjawab
pertanyaanku dan malah seenaknya melenggang keluar dari mobilnya. Aku berdecak
kesal sembari memutarkan bola mata begitu melihat Kyuhyun sudah mengitari
sebagian mobilnya tanpa memperdulikanku yang masih terdiam –shock- didalam
mobil.
Aku mengikuti Kyuhyun keluar dari
dalam mobil sembari membanting pintu mobilnya kuat-kuat yang mungkin saja dapat
membuat mobil itu sedikit lecet. “ Ya!
Nanti saja kau melihatnya, antarkan dulu aku ke kampus. Aku ada jam pagi, aku
tidak ingin telrlambat. Ya! Cho Kyuhyun, kembali.”
“Aku tidak akan lama. Berjalan-jalanlah jika kau bosan, 10 menit lagi aku kembali. Tapi jangan
coba-coba merusak mobilku. Arra?” Kyuhyun melenggang melewatiku dan berjalan
menuju sebuah bangunan 60 lantai yang terlihat tidak asing bagiku. Jujur saja,
aku ingin sekali menarik lengan Kyuhyun dan memaksanya untuk kembali kedalam
mobil tapi pandanganku terpaku pada bangunan yang baru saja Kyuhyun masuki.
Tidak salah lagi, bangunan
pencakar langit didepanku ini adalah sebuah perusahaan rekaman terkemuka yang
dulu pernah aku datangi bersama ibuku. Pemiliknya adalah seseorang yang aku
tidak ingat siapa namanya tapi sangat kuhapal bagaimana paras wajahnya. Pemilik
perusahaan rekaman ini juga yang telah mengajakku dan ibu untuk mengunjungi
perusahaannya. Dan pada akhirnya menjadi suami baru ibuku. Merebut kasih sayang
seorang ibu dariku, membuat masa-masa paling penting dalam hidupku hanya
dilewatkan bersama seorang ayah. Pemilik perusahaan ini, adalah orang yang
sangat bertanggung jawab atas ketidak sempuranaan hidupku. Dan sekarang, apakah
aku membencinya? Sayangnya aku sama sekali tidak bisa mengatakan ya, karena
jauh dilubuk hatiku yang terdalam, aku tidak hanya sekedar benci pada orang
itu, tapi amarah yang selama 15 tahun ini kupendam semakin lama semakin
menumpuk seiiring waktu yang berlalu meninggalkan memori buruk itu dalam
ingatanku.
Aku ingin sekali melangkahkan
kakiku untuk mengejar Kyuhyun. menariknya kembali agar tidak memasuki gedung
itu. tapi semakin aku ingin menggerakan kakiku, semakin berat pula rasanya
kakiku untuk sekedar berpindah seinchi saja. Seperti beribu-ribu ton beban
sedang betengger diatas kakiku.
“ CHO KYUHYUN! KAU TIDAK AKAN
SELAMAT JIKA DALAM SEPULUH MENIT KAU TAK KEMBALI. ARRASEO?! “ aku berteriak
sebelum akhirnya Kyuhyun masuk kedalam gedung itu. Yang hanya dibalas dengan
lambaian tangan Kyuhyun tanpa berbalik menatapku.
“ Kuharap kau tidak punya
hubungan apa-apa dengan orang itu Kyu. “
^CHU^
Hyo Jin Class, Seoul International University, Seoul
Apa yang dipikirkan Hyo Jin saat
ini? tidakkah ia menyadari Lee seosangnim sudah memberinya peringatan agar
memperhatikan mata kuliahnya sedari tadi? Lantas apa yang membuat pikirannya
teralihkan kali ini? pertanyaan itu terus saja membatin dalam pikiran Eun Ji.
Ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Hyo jin sehingga mengakibatkan
teman sekelasnya itu muram sepanjang jam pelajaran. Kusut seperti tidak
disetrika. Seperti itulah kiasan yang tepat untuk menggambarakan bagaimana
paras Hyo jin saat ini.
“ Apa yang terjadi denganmu? Aku
tidak suka melihatmu seperti ini? kau terlihat… mengerikan! “ kelakar Eun ji
setelah sebagian kelas terlihat kosong yang menandakan Lee seosangnim telah
mengakhiri jam pelajarannya.
“ Kyuhyun membuatku menunggu
selama 20 menit hanya untuk melihat seorang gadis pagi ini. menurutmu bagaimana
seharusnya aku bersikap? “ Hyo jin masih saja menampakan wajah muramnya sembari
mengatukkan bolpion yang dipegangnya pada meja. Kesal? Terus terang saja Hyo
Jin sangat kesal karena Kyuhyun melanggar janjinya karena terlambat 10 menit
dari apa yang diharapkan Hyo jin. Marah? Tidak tahu apakah ia marah hanya
karena keterlambatan Kyuhyun yang membuatnya harus merncari kesibukan lain
sementara Kyuhyun sedang berbincang-bincang mesra dengan gadis lain. Cemburu?
Pantaskah ia cemburu hanya untuk seorang Cho Kyuhyun, pria yang baru sebulan ia
kenal tapi berstatus sebagai tunangannya.
“ Kau cemburu? “ tanya Eun ji
sembari mencondongkan tubuh menghadap Hyo jin.
“ Jangan bercanda Eun ji-ya. Itu
tidak mungkin terjadi. “
“ Lantas mengapa kau sangat kesal
karenanya? Kau sudah mulai menyukai Kyuhyun? “
“ Kau tau jika aku tidak suka
menunggu kan. Aku hanya tidak suka jika dia membuatku menunggu terlalu lama
hanya untuk hal sepele –menemui wanita. DAN AKU TIDAK MENYUKAI SEORANG CHO
KYUHYUN! Tidak akan pernah! Ingat itu baik-baik.” Tegas Hyo jin dengan sedikit
penegasan pada kata-katanya.
Hyo jin bergumam tidak jelas,
sembari menyumpahi dirinya sendiri jika ia sampai melanggar kata-kata yang baru
saja ia lontarkan. Berharap saja ia tidak akan tertarik dan tetap memegang
teguh kata-katanya walaupun ia sudah menyetujui untuk berkencan dengan pria
itu.
Eun ji melingkarkan kedua
lengannya didada. Memandang temannya itu dengan kening berkerut. Hyo Jin bukan
hanya seorang gadis keras kepala, tapi selama ia berteman dengan gadis itu, ia
juga menyadari bahwa gadis itu juga seseorang yang mempunyai gengsi terlampau
tinggi.
Walaupun ia menyadari bahwa
setiap laki-laki dikampus ini pasti mengakui bahwa gadis didepannya ini
merupakan gadis yang tidak bisa dibilang mempunyai wajah biasa-biasa saja
–cenderung dianggap cantik malah- dan mempunyai perawakan cuek serta terkesan
seenaknya dalam bersikap. Tapi sebenarnya, Hyo Jin adalah seorang gadis biasa
yang akan merasa malu dan tersipu jika dihadapkan pada laki-laki yang disukainya.
“ Kalau begitu lupakan saja
perkataanku tadi. Aku akan menyimpulkan kau kesal lantaran Kyuhyun terlambat
mengantarkanmu ke kampus karena dia sedang sibuk berbincang-bincang dengan seorang
gadis kemudian lupa waktu. Kau puas?! “ Eun Ji mendengus kesal ketika mendengar
kekehan Hyo Jin yang menggema dipenjuru diruang kelas. Hyo jin menggangguk
sembari menyeringai pertanda menjawab pertanyaan Eun ji.
“ Sadar atau tidak, sikapmu mulai
berubah ketika berhadapan dengan Cho Kyuhun, Hyo Jin-ya. “
^CHU^
Kyuhyun Room, Seoul, 08.00 am
Matahari sudah kembali
keperaduannya ketika Kyuhyun baru saja menginjakkan kakinya dilantai keramik
dingin dikamarnya. Kyuhyun menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur setelah
melemparkan tas punggunggnya disebelah meja nakas. Kepalanya terasa
berdenyut-denyut saat ia memejamkan matanya sesaat. Ia mendesah, mungkin aku
kelelahan karena hari ini jam kuliahku bertambah, batinnya.
Pikirannya kembali melayang pada
kejadian tadi pagi. Tepat pada saat ia bertemu pandang dengan seseorang yang
sudah lama tak ia lihat paras wajahnya. Wajah gadis itu masih sama cantiknya
ketika terakhir kali mereka bertemu. Senyumnya mengembang ketika mengingat
bagaimana senyum hangat terukir diwajah gadis itu. senyum tulus yang ia sangat
sukai dari gadis itu ketika ia melihatnya. Dan suara gadis itu bagaikan belati
yang menusuk dadanya ketika ia mendengarkan dentingan suara itu beriringan
dengan kalimat yang gadis itu ucapkan. Bukan kalimat yang menyakitkan memang.
Tapi cukup membuat hatinya remuk jika saja ia tak bisa menahan rasa sakitnya.
“ Oppa kukira kau
tidak mau menemuiku lagi. Kukira kau sudah melupakanku. Ku kira… kau sudah
tidak mencintaiku lagi. “ ucap gadis itu lirih.
Kalimat itu masih
terngiang-ngiang dalam kepala Kyuhyun. berputar-putar dengan sendirinya tanpa
berhenti. Kyuhyun memejamkan kedua matanya sesaat. Meresapi setiap
perbincangannya dengan gadis itu. apa yang salah dengan dirinya? Kenapa ia
tidak bisa mengenyahkan bayangan gadis itu dari pikirannya? Kenapa hatinya
masih berdetak capat saat ia menemukan gadis itu masih tersenyum tulus
menatapnya?
Sudah berapa kali ia meyakinkan
dirinya sendiri untuk tidak lagi kembali merenungi masa lalunya. Sudah berap
kali ia mencoba menatap masa depan yang harus dijalaninya. Dan sudah berapa
kali ia tetap melakukan hal bodoh yang membuat hatinya sakit teriris-iris.
“ Aku harus bagaimana Seohyun?
Berusaha melupakanmu bagai menembak kepalaku sendiri dengan pistol. Sangat
menakutkan! “ ucap Kyuhyun entah pada siapa.
“ Boleh aku masuk? “
Seseorang membuat Kyuhyun
bergerak malas untuk melihat pintu yang sedikit terbuka. Kyuhyun kembali
merebahkan kepalanya seraya mendesah pelan. Ia sedang tidak ingin diganggu saat
ini. sekedar basa basi atau bertatap muka dengan seseorang yang sekarang tengah
bertengger dipintunya itu membuat moodnya langsung berubah. Ia tidak tau apakah
gadis itu hanya akan mengajaknya perang mulut atau membuang-buang tenaganya
hanya untuk mengomel tidak jelas.
“ Tidak. “ jawab Kyuhyun ketus.
“ Aku masuk. “ Hyo jin dengan
santai melenggang memasuki kamar Kyuhyun yang tertata rapi tak seperti kamarnya
yang –sangat- tidak beraturan.
“ Ya! kau tuli? Kubilang tidak! Ga! “ teriak
Kyuhyun lantang.
Kyuhyun kini sudah berdiri tegap
dan menatap tajam pada Hyo Jin yang mulai mengutak-atik benda pribadi Kyuhyun
mulai dari PSP sampai beberapa buku Kyuhyun yang sangat tidak menarik setelah
Hyo Jin membuka isinya. Kyuhyun merampas benda-benda yang dipegang Hyo Jin lalu
meletakkannya kembali pada tempatnya.
Dua orang ini memang tidak pernah
bisa akur walaupun dalam kondisi sebaik apapun. Ibaratkan lah seperti air dan
api. Suatu keajaiban jika saja salah satunya bisa mengalah.
“ Ya! kau tidak usah berteriak-teriak
seperti itu aku juga sudah paham. Arraseo! Aku keluar. “ Hyo Jin mengibas-ngibaskan
tangannya didepan wajah Kyuhyun. mengerti akan desakan Kyuhyun yang menyuruhnya
pergi dari ruang pribadi miliknya. Hyo jin merutuki dirinya sendiri yang tanpa
sadar melangkahkan kakinya menuju kamar Kyuhyun hanya untuk melihat pemilik
kamar itu berada ditempatnya atau tidak. Ada apa dengan dirinya?
“ Tunggu. “ Kyuhyun menarik
lengan Hyo Jin secara tiba-tiba. Membuat gadis itu menghentikan langkahnya yang
sudah hampir menggapai knop pintu.
Hyo jin berbalik dan menatap mata
Kyuhyun yang tak lagi menatapnya tajam. Gadis ia berdecak kesal mengingat
bagaimana Kyuhyun membentaknya tadi. Bibirnya mengerucut seiring kekesalannya
pada Kyuhyun yang mulai menyulut. “ Wae? Kau menyuruhku keluar bukan? Aku akan
keluar. “
“ Tetap disini. Aku memintamu
tetap disini. Maka jangan keluar sebelum aku menyuruhmu keluar lagi. “ Kyuhyun
menampakan keseriusannya. Ia tak melepaskan pandangannya dari Hyo jin yang diam
ditempatnya. Entah apa yang sedang dipikirkan Kyuhyun. ia yang awalnya ingin
membiarkan pikirannya berkelabat sendiri kini malah menarik Hyo Jin untuk dapat
memberinya sedikit ketenangan yang harusnya ia dapatkan dari gadis lain.
“ Kau aneh sekali? Kau sakit? “
Hyo Jin mengangkat tangannya dan
ia tempelkan pada kening Kyuhyun, berniat memeriksa keadaan Kyuhyun. ada yang
salah! Ya, ia sadar ada sesuatu yang salah, tapi bukan pada Kyuhyun. melainkan pada
dirinya sendiri. Kenapa jantungnya berdetak semakin cepat saat kulit tangannya
bersentuhan dengan kulit Kyuhyun? ada apa dengannya?
Kyuhyun yang sedari tadi diam
kemudian menghempaskan tangan hyo Jin dan sedetik kemudian ia menarik gadis itu
lebih mendekat kepadanya. Hyo jin membulatkan matanya dan ia bisa merasakan
jantungnya berdebar 2 kali lipat saat Kyuhyun mulai melingkarkan tangannya
dipinggang hyo Jin -memeluknya.
Hyo Jin hampir memekik begitu
menyadari Kyuhyun semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu. Hyo Jin bisa
merasakan bahu kirinya menjadi lebih berat ketika Kyuhyun menompangkan wajahnya
disana.
“ Aku hanya perlu menenangkan
diriku seperti ini. “
Hyo Jin mengerjapkan matanya
beberapa kali. Tidak yakin dengan apa yang seharusnya ia lakukan? Haruskah ia
mendorong Kyuhyun detik itu juga? Atau malah membiarkan pria itu merasakan
debaran jantungnya yang mulai tak karuan selama beberapa saat? “Y-ya! Cho
Kyuhyun, kau tidak perlu memelukku seperti ini. “ ucap Hyo jin terbata-bata. Dengan
kedua tangannya ia berusaha mendorong Kyuhyun yang masih diam tak bergerak.
“ Diamlah. Aku tidak akan
bertindak lebih dari ini. kau tidak perlu khawatir. “
Bukannya membuat pelukkan Kyuhyun
mengendur, Kyuhyun semakin mengeratkan dekapannya pada gadis itu. tidak
memperdulikan jika sekarang detak jantungnya pun mulai berdetak tak karuan.
Kyuhyun memejamkan matanya merasakan setiap detak jantung mereka yang berpacu
semakin cepat. Mencoba membuat pikirannya teralihkan walaupun hanya beberapa
saat lamanya.
“ Aku harus kembali kekamarku
Kyuhyun. Ada tugas yang belum kukerjakan. “ Kecanggungan nampak nyata dalam
suara Hyo Jin. Lagi. Ia berusaha untuk lepas dari dekapan Kyuhyun lagi. Ia
tidak mau hal ini menjadi berkelanjutan. Tepatnya tidak mau jika pada akhirnya
Kyuhyun yang terlebih dahulu melepas dekapannya. Tentu saja itu akan membuatnya
malu. Tidakkah ia akan disangka menikmati dekapan itu?
“ 10 menit. “ sergah Kyuhyun.
Kyuhyun masih tidak melepaskan
kaitan tangannya. Ia juga tak membuka katupan matanya yang masih terpejam. Berbeda
dengan gadis didalam dekapannya yang kini sudah membulatkan matanya penuh. Ia
tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Kyuhyun. lebih tidak mengerti lagi
dengan sikap Kyuhyun yang menurutnya sering berubah-ubah itu. lalu apa yang
membuatnya bisa diam saja saat Kyuhyun mendekapnya seperti ini? ini bukan
sebuah pelukan yang ia inginkan. Tapi kenapa ia mulai merasa tidak seharusnya
dekapan ini ia lepas.
Hyo jin hanya diam. Mendengarkan
setiap helaan nafasnya dan sesekali menghitung setiap dentuman dijantungnya
yang tidak bisa menjadi lebih pelan.
“ 10 menit saja.. Biarkan tetap
seperti ini. “ Kyuhyun semakin mengeratkan dekapannya lagi dan lagi. Tidak
peduli jika gadis didekapannya mulai merasakan sesak nafas berkepanjangan.
Tidak lama kemudian Kyuhyun menyeringai dibalik dekapanya.
“ Lagi pula kau juga sudah
menyetujui untuk berkencan denganku. Jadi anggaplah jika pelukkan ini adalah
salah satu dari caraku untuk membuatmu yakin jika aku tidak pernah main-main
dengan ucapanku itu. “
^CHU^
Gecko’s Terrace, Seoul, 03.00 am
“ Hello! This is Eun Ji Park. Please leave a message after the beep.
Thank You! “
Pria itu kembali mendesah setelah
untuk yang kesekian kalinya ia hanya disuguhi suara mesin penjawab menyebalkan.
Handphone touch screen itu kembali menempel dibalik telinganya. Berharap –untuk
kesekian kalinya- bukan hanya suara mesin penjawab yang didengarnya.
“ Kau bahkan tidak mau menerima
panggilanku. “ ucap pria itu lirih.
ia menggenggam erat handphonenya
sembari meneguk kembali segelas soju. Pria itu mengerutkan keningnya saat
merasakan kepalanya terasa berputar-putar tak karuan. Merebahkan kepalanya pada
meja bar yang sudah mulai terlihat sepi. Walaupun jam sudah menunjukan pukul 3
pagi namun pria itu masih bertahan. Dengan beberapa botol soju yang ada
dihadapannya serta handphone touch screen yang sedari tadi ia utak-atik.
“ Bagaimana caranya membuatmu mau
menatapku lagi? Berbicara denganku lagi? Mencintaiku lagi? “
Pria itu berdiri dari tempatnya
dengan sempoyongan. Kakinya bahkan sudah tak mampu menopang berat badannya
karena pengaruh alkohol. Dengan memegang kepalanya yang terasa berdenyut-denyut
pria itu bahkan sampai berkali-kali menabrak beberapa orang yang ia lewati demi
mencapai pintu keluar. Ia mengeluarkan handphone touch screennya dari dalam
saku celana dan menekan speed dial nomor 3 dihandphonenya.
“ Yoboseo. Ada apa Lee Donghae? Kau tau ini jam berapa? Mengapa menghubungiku
tengah malam seperti ini? “ suara diseberang sana terdengar tidak senang. Bahkan
sedikit membentak walaupun dengan intonasi rendah sekalipun. (siapa juga yang
mau ditelpon jam 3 pagi? =,=)
“ Jemput aku Lee Hyuk Jae. Aku ingin
pulang. “
Lee Donghae melonggarkan dasinya
lagi dan lagi. Jas yang ia pakaipun kini sudah tersampir dibahu kirinya. Pakaian
yang seharusnya mempertontonkan ketampanannya, kini terlihat kumal dan
berantakan. Tidak ada satu orangpun yang akan mengenali Lee Donghae dengan
penampilan seperti ini. bukan seorang Lee Donghae yang bersahaja, seorang
pemimpin yang tegas dan mampu menopang beribu-ribu tanggung jawab ditangannya. Inilah
sisi lain Lee Donghae yang berbeda.
“ Ya! kau kan punya mobil, kenapa merepotkanku hanya untuk menjemputmu?
Ah.. aku tau. Kau mabuk lagi Donghae? “ Eunhyuk tentu tau bagaimana
peringai sahabatnya itu. bahkan saat sahabatnya itu menjadi orang yang berbeda
sekalipun, ia akan mengerti bagaimana ia harusnya bersikap.
Lee Donghae duduk disalah satu
anak tangga didepan pelataran diskotik yang ia datangi. Tangannya masih
memegangi kepalanya dan tangannya yang lain ia gunakan untuk memengang
handphone yang menempel ditelinganya. “ Jangan banyak bicara dan cepatlah
datang. Kepalaku sakit sekali. Aku tidak bisa menyetir jika keadaanku seperti
ini. “
Eunhyuk berdecak sebelum akhirnya
ia membalas perkataan Donghae. “ Sudah
tau akan seperti itu kau masih saja melakukannya. Seharusnya kau fokus pada
perusahaanmu. Bukankah sekarang kau menjadi CEO? Tidakkah kau merasa malu
menjadi orang penting tapi tidak bisa bersikap baik? Kau pasti akan dipandang
buruk oleh orang lain Lee Donghae! “
Donghae memejamkan matanya
sejenak. Berusaha berpikir jernih sebelum ia akhirnya akan benar-benar
tersungkur dilantai. Ia merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh, egois,
dan tidak bisa mempertahankan apa yang ia punya termasuk seorang gadis yang
kini tengah membuat pikirannya berkelabat tak menentu. Seorang gadis yang
membuat Lee Donghae, pemimpin perusahaan terkemuka di Korea Selatan, salah satu
konglomerat kaya raya yang memiliki pendidikan tinggi dan otak cemerlang serta
ditunjang dengan wajah yang tampan dapat bertekuk lutut pada gadis itu. apa
sebenarnya keistimewaan gadis itu sehingga membuat laki-laki terlampau sempurna
seperti Donghae mengarapkannya? Tidakkah itu sebuah kejanggalan yang tidak
dapat diterima oleh akal manusia? Ataukah ada yang salah dengan Donghae? Butakah
ia sampai tidak bisa melihat cahaya lain selain gadis itu? tertutupkah
telinganya sampai-sampai harus membangkang kedua orang tuanya hanya karena mempertahankan
gadis itu? tidakkah ia sadari gadis itu bahkan sudah tidak ingin melihatnya lagi?
Ada apa dengan seorang Lee Donghae?
“ Aku tidak perlu kuliahmu Lee
Hyuk Jae. Jemput aku sekarang atau aku tak akan mempekerjakanmu didalam
perusahaanku! “ ancam Donghae.
Dan benar saja. Eunhyuk seketika
langsung bergegas menjemputnya begitu mendengar ancaman itu. Bagi Eun Hyuk
bekerja diperusahaan milik Donghae adalah impiannya. Walaupun terlampau banyak
perusahaan lain yang lebih besar dari perusahaan Donghae, namun yang ia incar
adalah perusahaan itu. karena menurutnya akan sangat keren jika ia bisa mondar
mandir didepan ribuan karyawati cantik Donghae yang terkenal sangat rupawan. Terlebih
ketika Eunhyuk menemukan satu gadis dari perusahaan itu yang membuatnya tidak
bisa tidur sepanjang malam.
“ Arraseo! Aku berangkat sekarang. “
^CHU^
Someone House, Seoul
“ Apa kau sudah menemui gadis
itu? “
Seorang pria tengah duduk
bersilang kaki dengan memegang secangkir teh ditangannya. Udara dingin dipagi
hari yang ‘menggigit’ tak menyurutkan niatnya untuk sekedar menikmati matahari
terbit bersama seseorang disampingnya.
“ Belum. Mungkin nanti. Sekarang
bukan saat yang tepat jika aku hadir kembali dalam kehidupannya. “
Seorang lagi tengah menyesap
kehangatan secangkir teh kemudian mendesah pelan karena kenikmatan teh itu. ia
menatap pria disebelahnya dengan sebelah alis terangkat. Tangannya ia tautkan
seraya menunggu pertanyaan apa lagi yang akan dilontarkan pria disebelahnya.
Pria bernama Kim Myungsoo itu
kini hanya tersenyum hangat mendengar jawaban dari kakak laki-lakinya. Pria yang
selama 5 tahun ini jarang sekali Myungsoo temui kini telah kembali kenegara
kelahirannya hanya untuk mengejar seorang wanita. “ Kau serius dengan ucapanmu?
Bukakah ia sudah bertunangan? Dan bahkan yang kudengar sebentar lagi ia akan
segera menikah! Kau.. masih berusaha membuatnya kembali? “ tanya Myungsoo
dengan sedikit keraguan.
Ia memang pernah mendengar bahwa
kakak laki-lakinya itu tengah menjalin kasih dengan seorang wanita selama
berada di Italy. Tapi ia tidak menyangka jika pria yang biasa disapanya Hyung
itu kini bisa sedemikian cintanya pada gadis itu. mengingat kakak laki-lakinya itu
dulu terkenal dengan kesan Playboy yang melekat pada dirinya. Dan saat Myungsoo
mempertanyakan mengapa pria itu sampai tidak bisa melepaskan gadis yang telah
melupakannya itu jawaban yang ia dapatkan hanyalah “karena aku mencintainya Myungsoo.” Yang benar saja?
Pria itu kini tengah menatap kosong
pelataran halaman belakang rumahnya. Entah apa yang kini sedang ia pikirkan. Namun
raut wajahnya mengisyaratkan jika sesuatu yang ia pikirkan bukanlah sesuatu hal
yang menyenangkan.
“ Tentu saja aku serius. Sebelum
ia benar-benar menjadi milik orang lain, sebelum sebuah cicin melingkar dijari
manisnya, dan sebelum ia menyatakan bersedia didepan altar bersama pria lain,
aku akan berusaha membuatnya kembali kedalam dekapanku. Kau bahkan tau seberapa
cintanya aku pada gadis itu! maka jangan heran jika aku melakukan hal yang
kurang rasional jika saja aku tidak bisa mendapatkannya dengan cara mudah. “ Myungsoo
kini menatap pria yang tengah menerawang tak menentu disebelahnya dengan
tatapan tak percaya.
Mungkinkah kakak laki-lakinya
yang ia yakini bukan orang yang akan bersusah payah dalam mendapatkan wanita
yang lebih baik nantinya akan berbuat hal sedemikian tidak masuk akal hanya
demi seorang gadis yang belum tentu masih mencintai kakaknya? Sedemikian tergila-gilanya
kah kakak laki-lakinya sampai rela mengorbankan apapun yang ia miliki demi
mendapatkan gadis itu kembali? Myungsoo hanya memendam pertanyaan itu didalam
benaknya. Tak berani mengutarakannya walaupun dengan cara halus sekalipun.
“ Dan jika kau tak bisa mendapatkannya
kembali, bisakah kau merelakannya? “ kali ini giliran Myungsoo yang berkelabat
dengan pikirannya sendiri. Ia menatap pancaran cahaya matahari yang mulai
meninggi. Tak memperdulikan matanya yang sedikit menyipit begitu menyadari
cahaya itu begitu menyilaukan.
“ Tidak! Tidak akan pernah bisa!
“
Bingo! Jawaban itulah yang pasti
akan Myungsoo dengarkan. Penolakan kakak laki-lakinya untuk melupakan gadis itu
begitu sangat kentara. Untuk tidak mengingat gadis itu dalam seharipun rasanya
sangat tidak mungkin dialkukan oleh kakaknya.
Myungsoo bangkit dari duduknya
dan memasukan jemarinya kedalam saku celana. Mungkin sudah cukup untuk pagi
ini. ia harus kembali kerutinitasnya. Menjalani apa yang seharusnya menjadi
kegiatannya.
Pria itu menatap Myungsoo dengan
tatapan datar. Menanti apa yang akan dilontarkan Myungsoo selanjutnya. “ Aku
hanya akan berdoa yang terbaik untukmu dan semua usaha yang kau lakukan Kim Kibum.
Sampai jumpa dan semoga berhasil.“
Myungsoo meninggalkan kakak
laki-lakinya yang masih bersedia menikmati cahaya matahari yang mulai membakar
kulit. Membiarkan kakak laki-lakinya itu memperjuangkan apa yang sudah bukan
menjadi miliknya.
oOO> In The Night
Kiss <OOo
oOO >Second
Kiss<OOo
^To Be Continued^
Ass, Wr Wb
Hallo..
Bertemu lagi dengan Author koplak.. =,=
Cuma mau curhat.. waktu buat part ini.. saya malah ngebayangin Donghae bukannya Kyuhyun..
Dan secara tidak sengaja masukin Donghae buat jadi support cast disini.. #pusing
Mungkin dipart selanjutnya juga ada penambahan support cast.. #tambahpusing
Happy reading.. ^,^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar