babyHui StoryLine
Kyuhyun Class, Seoul International University, South Korea
Aku menatap keseluruh penjuru
ruangan, mereka semua menatapku dengan pandangan was-was. Tak sedikit yang
mengernyit saat melihatku meremukan handphone keluaran sebuah perusahaan
terkemuka di jepang itu dengan sekali genggaman. Tapi fokusku beralih pada satu
orang yang kini tengah berdiri mematung dihadapanku.
“Kau mau aku melemparkannya juga
ke tempat sampah?”
Kuonggok rongsokan benda itu
dihadapannya. Rasanya bukan handphone ini saja yang ingin kuremukan. Tapi seluruh
bagian wajah iblisnya itu juga ingin sekali kutinjak-tinjak dengan sepatu catzku.
Dia menggeram kesal kearahku. Menghamburkan rambut kebelakang dengan tangan
kirinya.
“Yak, aku tidak peduli jika kau
menghancurkan seluruh handphoneku atau benda elektronikku yang lainnya. Tapi
tidak bisakah kau bersikap lebih bermoral? Kau terlihat seperti baru keluar
dari hutan belantara dan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan modern
padahal pada kenyataannya kau sudah lama menetap diluar negeri yang notabenenya
sangat tau tata karma dan luar biasa bermoral. Dan asal kau tau, kau pikir aku
mau melihatkan foto jelekmu saat tidur kepada teman-temanku? Maaf, tapi jawabannya
sudah tentu tidak. Nunnaku mengambil gambarmu saat tidur dengan air liur
menetes-netes secara diam-diam dengan menggunakan handphoneku. Aku juga baru
mengetahuinya saat seluruh temanku memeriksa handphoneku dan menemukan fotomu
itu.”
Laki-laki ini, tidak bisa
dibilang orang sembarangan. Otak encernya itu tentu membuatnya menjadi anak
emas diuniversitas ini, wajahnya –yang kuakui sedikit tampan- itu juga
membuatnya jadi pangeran kesiangan yang selalu dielu-elukan oleh gadis-gadis
bermuka plastik diuniversitasku. Dan sialnya –yang menurut seluruh mahasiswi
lain adalah keburuntungan- adalah aku terpaksa –dipaksa dan diancam oleh
ayahku- untuk tinggal dirumah laki-laki laknat ini.
“Kau benar-benar iblis!” desisiku
hampir tidak terdengar. Tapi aku yakin, laki-laki itu pasti mendengarnya,
walaupun jarak 2 meter terbentang diantara kami.
Aku mengeratkan genggamanku
disela-sela kemeja kedodoranku setelah melihat seringaiannya tersungging
sepersekian detik dibibirnya. Belum sampai 1 bulan aku ditampung dirumahnya
tapi aku sudah sangat tidak suka akan sikapnya yang seolah-olah mengetahui
segalanya, menganggap dirinya selalu benar.
“Jangan mencari gara-gara
denganku jika kau masih berharap dapat hidup tenang. Aku sangat tidak suka
mempunyai masalah dengan perempuan apalagi sekarang dia sedang meminta
tumpangan tempat tinggal dirumahku.”
“Cih. Hya, kau tau pasti jika aku
sangat amat terpaksa tinggal dirumahmu. Jika bukan karena ibumu merengek pada
ayahku agar aku tinggal dirumahmu, sekarang pasti aku tidak akan pernah
mengenal makhluk iblis sepertimu.”
Cho KyuHyun.. Ani, aku terbiasa
memanggilnya Tuan Iblis, dia selalu mengungkit-ungkit masalah kehadiranku
dirumahnya. Padahal sudah jelas-jelas aku dan dia hampir tidak pernah bertatap
muka ketika dirumah. Hanya saat sarapan pagi, turun sekolah, dan jika
berpas-pasan secara tidak sengaja saja kami saling melayangkan pandangan tidak
suka.
“Yak, Kyu. Sudahlah, kau tidak
usah merecokinya lagi. Dia juga tidak tau kalau nunnamu yang mengambil
gambarnya. Sebaiknya kalian berbaikkan saja.” Eunhyuk –si monyet pemakan
pisang- adalah teman karib Cho Kyu Hyun. Aku pernah melihatnya sekali ketika ia
datang kerumah Kyu Hyun, kemudian ia langsung menyambar tanganku dan menanyakan
siapa namaku. Aku yakin sekali kalau dia selalu melakukan hal seperti itu pada
setiap wanita.
“Tidak akan.” Ucapku bersamaan
dengan Kyuhyun.
“Wah Wah.. Tidak usah sekompak
itu, aku tahu kalian punya sifat yang sama, sama-sama bersikap sangat dingin
pada orang yang tidak kalian kenal, tapi tidak bisakah kalian berbaikkan sekali
ini saja?”
“Kau tidak usah ikut campur Hyuk
Jae. Aku juga sudah muak melihat wajahnya. Sudah, kita pergi saja.”
Kyuhyun berbalik arah dan
mengarah kearah pintu keluar. Diiringi Eun Hyuk yang membuntut dibelakangnya,
benar-benar seperti monyet yang mengikuti tuannya. Aku menghela nafas panjang.
Melonggarkan genggamanku dan sedetik kemudian aku baru menyadari kalau
handphone remuk si tuan iblis masih berada digenggaman tanganku.
BRUUKK
Aku sukses menubrukan benda
rongsokan itu kearah kepala pemiliknya. Sedetik berselang, tak ada respon
apapun dari Kyuhyun. Eun Hyuk hanya ternganga lebar melihat tindakanku,
terlihat sedikit syok.
“Kau tahu apa yang baru saja kau
lakukan?” ucap Kyuhyun ketika mendekat kearahku. Aku sedikit terhunyung
kebelakang ketika dia dengan galaknya menatapku dengan jarak tak kurang dari
sejengkal. Aku masih memaksa menampakan wajah tenang, tapi sepertinya jantungku
tidak mau bernegosiasi denganku. Bisa kurasakan sekarang jika degup jantungku
semakin kencang berdentum.
“Dengarkan aku-“ Kyuhyun menarik
tengukku kasar. Aku semakin tidak bisa mempertahankan wajah tenangku, rasanya
aku ingin menganga selebar-lebarnya karena tindakannya. Kyuhyun dengan –sangat
amat- tidak berperikemoralan mendekatkan wajahnya dibalik telingaku, tidak
menghiraukan puluhan pasang mata tengah mendelik tidak percaya pada kami berdua.
Aku bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa leherku yang terbuka karena
rambutku yang tak kugerai.
“Aku sangat berharap kau bisa
bersikap baik terhadapku, karena jika kau masih tidak bisa merubah kelakuan
burukmu itu, aku tidak akan segan-segan membeberkan pada semua orang tentang
rahasia besar kita, bahwa kita sudah bertunangan Hyo Jin-ya.”
^CHU^
Caffetaria, Seoul International University, South Korea
“Hyo Jin, ayo pulang bersama.”
Aku menggeleng lemah begitu Park
Eun Ji, sang anak dosen yang rajin sekali menumpangiku pulang dengan mobil
mewahnya itu berniat baik untuk mengatarkanku pulang lagi kali ini.
“Tidak. Terima kasih Eun Ji-ya.” Ucapku
tanpa melirik kearahnya. Aku sedang ingin sendirian. Dikantin ini, duduk sendiri
dimeja ini. Tidak perlu ditemani siapapun.
“Wae? Kau ada masalah apa lagi
dengan Cho Kyuhyun?” ia menarik kursi disebelahku lalu mendudukinya.
Aku menatapnya dengan wajah tidak
suka. Tidak bisakah satu orang saja di sekolah ini tidak menyebut namanya
didepanku. Setidaknya tidak perlu menyangkut pautkan semua hal tentangku dengan
pria itu. Aku benar-benar sudah muak.
“Jangan sebut-sebut namanya lagi
dihadapanku. Aku sudah bosan mendengar nama itu. Seperti tidak ada nama lain
yang lebih bagus dari nama pria itu.” omelku kemudian menopang dagu dengan
kedua tanganku.
“Tapi dia kan tu-“
“Aku bilang berhentilah membahas
tentang pria itu. Aku benar-benar muak. Dan satu hal, aku tidak akan
segan-segan membunuhmu jika kau sampai membocorkan tentang rahasia itu Eun
Ji-ya.”
Aku sedikit menggebrak meja
ketika Eun Ji hampir saja membongkar rahasia itu. Ugh, aku benci sekali dengan
kehadiran ayah Eun Ji ketika acara pertunangan kecil-kecilan dirumah Kyuhyuh
beberapa hari yang lalu. Aku tidak tahu kalau ayah Kyuhyun juga mengundang
Dosen kesayangan Kyuhyun itu keacara pertunangan kami. Dan esoknya, Eun Ji
hampir saja mencekikku karena menyembunyikan hubunganku dengan Kyuhyun selama
ini. Sejujurnya, semua ini bukan sepenuhnya salahku. Aku tidak pernah mempunyai
hubungan apapun dengan Kyuhyun kecuali bahwa kami sudah dijodohkan sejak kecil.
Hanya itu. Dan sangat sialnya, aku baru mengetahuinya beberapa hari sebelum
acara pertunangan itu. Tepatnya ketika aku baru menginjakakan kaki pertama kali
dirumah Kyuhyun.
“Mianhae Hyo Jin-ya. Jangan marah
padaku. Aku benar-benar tidak sengaja. Aku janji tidak akan pernah
membocorkannya. Yagsok.”
Eun ji mengangkat jari
kelingkingnya. Memasang wajah menyesal yang sangat tidak bisa kuterima karena
selalu membuatku luluh.
“yagsok.” Ucapku akhirnya setelah
menyematkan jari kelingkingku pada jari kelingkingnya.
^CHU^
Kyuhyun Home’s, Seoul, 07.00 am
“Hyo Jin, ayo makan yang banyak.
Kau tidak boleh terlihat kurus selama berada disini.”
“Terima kasih omonim. Aku tidak
terlalu lapar.” Ucapku hormat pada wanita yang sedang menyodorkan sepiring ayam
goreng kehadapanku.
Didepanku, ada wanita paruh baya
yang senang sekali tersenyum hanya karena melihatku, dialah ibu Kyuhyun, dia
jugalah alasanku terpenjara didalam rumah ini bersama iblis bermuka dua itu. Disebelah
ibu Kyuhyun, ada Cho Ahjusi. Ayah Kyuhyun yang mungkin terlihat baik, tapi
manurutku, dia bisa terlihat sangat mengerikan jika sedang marah. Disamping
kiriku, ada Cho Ahra, nunna Kyuhyun yang punya seribu kesabaran menghadapi
kebekuan adiknya itu, dan aku suka padanya, karena dia mengerti bagaimana aku
sangat membenci adiknya. Dan disamping kananku, ada iblis itu, duduk tenang
sambil menyantap makanannya.
“Hyo Jin, bagaimana dengan kabar
ayahmu?”
“Dia sedang berada di Italia.
Sedang mengurusi pergantian akta kelahiranku.”
Aku mengaduk-aduk makanan dihadapanku
dengan tidak selera, bukan karena tidak menyukai rasa masakannya, tapi karena
aku benci harus berdekatan dan terperangkap lebih lama dengan laki-laki
disebelahku. Aku bisa merasakan aura pembunuh jika berdekatan sedekat ini
dengannya.
“Bagus kalau begitu. Jadi
pernikahanmu dengan Kyuhyun bisa dipercepat. Bukan begitu Kyu?”
“Tutup mulutmu Ahra.” Kyuhyun
menggeram kearah kakak perempuannya.
Ahra hanya mendengus kesal saat
adikknya itu meliriknya dengan isyarat aku akan membunuhmu jika kau bicara
lagi. Sejujurnya, aku juga sangat ingin meliriknya dengan tatapan seperti itu,
tapi aku tahu jika Kyuhyun akan melakukannya terlebih dahulu.
“Jangan memulai perdebatan saat
kita sedang berada dimeja makan. Tunjukan manner kalian didepan tamu kita.”
Ucap Cho ahjusi, ayah Kyuhyun.
“Hyo Jin, besok kau tidak ada
jadwal kuliah bukan?”
“Tidak ada omonim.”
Semburat senyum mengembang dipipi
omma Kyuhyun. Aku merasa ada yang salah dengan ajakannya kali ini. Entah apa
itu, tapi aku yakin sekali dia sedang membuat rencana yang tidak enak untukku.
“Kalau begitu, besok temani aku
kesuatu tempat. Dan kau Cho Kyuhyun, besok kau juga harus ikut bersamaku.”
“Kenapa aku juga harus ikut?”
Terlihat sekali Kyuhyun sangat
keberatan dengan perintah ommanya. Dan sejujurnya, aku juga sangat keberatan
dengan hal itu. Itu sama artinya dengan menyiksa diriku sendiri karena aku akan
berada dalam radius sangat dekat dengan iblis itu.
“Aku akan menemani kalian memilih
baju pengantin besok.”
^CHU^
Kyuhyun Home’s, Seoul, 09.00 am
Balkon rumah Kyuhyun adalah
tempat yang paling kusuka dibanding seluruh bagian dirumah ini. Hanya disini
seluruh anggota keluarga Kyuhyun tidak akan menggangguku. Dulu mereka selalu
bertanya kenapa aku selalu berdiam diri ditempat ini setiap malam, kemudian aku
mejawabnya dengan jawaban yang takkan mereka pertanyakan lagi. Aku rindu dengan
ibuku. Jawaban itulah yang kulontarkan pada mereka. Sejujurnya, memang itulah salah
satu alasanku setiap malam memandangi langit kota Seoul selain karena aku
merasa bosan harus berdebat dengan Kyuhyun didalam rumah ini. Seoul adalah kota
dimana ibuku dilahirkan, dan kota dimana ibuku meninggalkan dunia ini. Sampai usiaku
5 tahun, aku tidak pernah lagi bertemu dengan ibuku karena perceraian orang
tuaku. Ibuku yang awalnya menetap di Italy bersamaku dan ayah, memilih kembali
ke Korea untuk dijodohkan oleh kedua orang tuanya tanpa memikirkan kehadiran
kami –aku dan ayah- dalam hidupnya. Ayahku terpuruk pada masa-masa awal
perpisahannya dengan ibuku. Namun seiring berjalannya waktu, ia kembali bangkit
dan berkata padaku bahwa aku adalah salah satu harta yang tidak boleh ia
sia-siakan hanya karena seorang wanita yang telah melahirkanku.
Sejak saat itu, aku berusaha
menjadi wanita yang teguh. Aku berjanji pada ayah tidak akan menangisi ibuku
lagi. Tidak akan mengingat ibuku lagi, dan tidak akan menjawab jika ditanya
dimana ibuku berada. Aku hanya akan berkata ibuku sudah meninggal jika
orang-orang menanyakan tentang ibuku. Karena memang begitulah kenyataannya. Ibuku
sudah mati didalam hatiku, ibuku sudah hilang dalam ingatanku.
Sampai 2 bulan lalu, sebuah
berita membuatku hampir melanggar janjiku untuk tidak menangisinya. Ibuku benar-banar
meninggal. Aku tidak bisa membayangkan bahwa dia benar-benar sudah tidak ada. Walalupun
selama bertahun-tahun aku tidak pernah memikirkannya, toh aku masih tidak bisa
menerima kenyataan bahwa wanita yang melahrikanku sudah pergi meniggalkanku
sebelum aku sempat melihatnya lagi.
Dan disini. Dikota Seoul ini.
Dibawah limpahan bintang-bintang malam yang selalu menemani setiap malamnya,
aku berdoa agar ibuku bahagia disana. Walaupun dia sudah membuangku, dia tetap
seorang ibu yang telah menjagaku selama 9 bulan didalam kandungannya dan
bersusah payah melahirkanku agar dapat melihat bagaimana indahnya dunia.
“Sedang apa?”
Sebuah suara mengagetkanku. Aku menoleh
dan mendapati Kyuhyun sedang berdiri bersandar pada tiang pintu balkon. Aku kembali
menerawang langit-langit sambil mengeratkan sweater yang kupakai.
“Menunggu matahari terbit dimalam
hari.” Ucapku enteng.
Ia tertawa sejenak kemudian
berdeham. Aku sudah merasakannya berdiri disebelahku ketika detik berikutnya ia
sudah membuka suara.
“Tidak lucu.”
“Tapi kau tertawa bodoh.” Umpatku.
Aku beranjak pergi
meninggalkannya sendirian. Tidak ingin bertengkar dengan iblis itu untuk
kesekian kalinya.
“Bisakah aku membuat suatu penawaran
padamu?” ucap Kyuhyun.
Aku berbalik diambang pintu. Menyipitkan
mata kearahnya.
“Tawaran menarik apa yang bisa
kau tawarkan padaku tuan Cho?”
Ia melipat kedua tangannya
didada. Sedikit tersenyum diujung bibirnya, dan aku sangat tidak suka dengan
senyumannya itu. Jelas sekali terlihat ia sedang merencanakan sesuatu yang
sangat tidak enak didengar.
“Bagaimana kalau kita berkencan
saja?”
Katakanlah aku tuli dan mengalami
rusak pendengaran kalau saja Kyuhyun tidak mengatakannya dengan jelas. Aku sangat
teramat yakin dengan pendangaranku dan Kyuhyun pun sangat amat mengatakannya
dengan kata-kata yang jelas. Tapi, bisakah ini dipercaya? Berkencan? Dengan seorang
Kyuhyun? Musuhku?
“Jangan bercanda Kyu.” Ucapku
sambil tertawa pahit.
“Aku tidak bercanda. Atau begini
saja, aku akan mengatakannya sekali lagi dengan sedikit lebih berperasaan. Shin
Hyo Jin, ayo kita berkencan.”
Aku menatapnya tidak percaya. Mulutku
pasti bisa kemasukan seribu lalat kalau saja aku tidak langsung menutupnya. Sedikit
salah tingkah dan kebingungan saat air muka Kyuhyun tidak menampakan sebuah
kepura-puraan. Aku tidak yakin kalau dia mengatakannya dari hati. Tapi aku juga
tidak yakin akan menolak tawarannya. Astaga, otakku pasti benar-benar sudah rusak.
“Aku pasti sudah gila jika
menerima tawaranmu. Tapi sepertinya aku benar-benar sudah gila hanya dengan
mempertimbangkan tawaranmu itu.”
Aku mengusap leherku beberapa
kali untuk mengalihkan perhatian. Hampir membuka mulut untuk berbicara kemudian
kutahan. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku tidak mungkin mengatakan iya
untuk berkencan dengan iblis ini. Tapi otakku juga tidak memerintahkanku untuk
berkata tidak.
“Jadi bagaimana?” tanyanya sekali
lagi membuatku tersadar dari pikiranku sendiri.
Aku menggigit lidahku sekuat yang
aku bisa. Menahan segala emosi dan rasa malu yang kupunya. Dan ternyata aku
sudah benar-benar gila.
“Baiklah. Ayo kita berkencan.”
^CHU^
Ciampiona International Airport, Roma, Italy
“Yoboseo?”
Seorang pria tengah mengunggu
keberangkatannya disebuah bandara International Italia. Menenteng beberapa
koper dan sebelah tangannya digunakan untuk menempelkan handphone touch screen
ditelingannya.
“Ne. aku sedang dalam perjalanan pulang ke Korea. Menemui gadis itu.”
Pria yang diketahui
berkewarganegaraan Korea itu masih sibuk dengan pembicaraan melalui komunikasi
selulernya.
“Tentu saja, aku hanya ingin memberikan sedikit kejutan padanya tentang
kedatanganku.”
Pria itu sedikit tersenyum karena
mengingat rencana kepulangannya ke Negara asalnya adalah untuk sebuah tujuan.
“Tidak, aku sudah tidak pernah menghubunginya selama sebulan ini. Dan
kudengar dia tinggal dirumah seorang teman ayahnya.”
Ia berdiri, memakai kemeja biru
dengan bawahan Jeans hitam yang sangat sesuai dengan bentuk tubuhnya yang
tinggi menjulang. Disertai kaca mata hitam yang membuat penampilannya bak model
yang sedang berjalan di catwalk.
“Kau bercanda? Tentu saja aku masih mencintainya. Dan kurasa cintaku
padanya bertambah banyak seiring berjalannya waktu. Kau tidak perlu
mencemaskannya.”
Pria itu semakin tersenyum lebar.
Memamerkan senyum malaikatnya yang mungkin dapat membuat seluruh gadis luluh
hanya dengan tersenyum seperti itu.
“Baiklah. Kukabari jika aku sudah bertemu dengannya.”
Kemudian ia memasukan kembali
handphonenya kedalam saku. Berjalan menuju tempat pemberangkatan selanjutnya
yang sudah ia tunggu. Pria itu terlihat bersemangat, terlihat sangat bahagia.
“Setelah aku membuat kesalahan yang membuatmu membenciku, aku tidak
bisa memaafkan diriku sendiri karenanya. Aku tidak bisa hidup tanpamu selama
aku tidak bersamamu, tidak berada didekatmu, dan tidak bisa mendengar tawa
khasmu.”
Pria itu memandangangi wallpaper
dihandphonenya dengan sedikit senyum pahit terbingkai diwajahnya.
“Aku bersumpah akan membawamu kembali kedalam pelukanku Hyo Jin-ya.”
^CHU^
Tiffany Botique, Daejeon, South Korea
Aku benar-benar terperangkap
dalam musibah. Di butik ini, d iruangan ini, dan di saat-saat seperti ini, terjerat
dengan pasangan ibu dan anak yang sepertinya sangat senang melihatku menderita.
Ibu Kyuhyun sedang menenteng sebuah gaun berwarna putih tulang ditangannya.
Tersenyum gembira dan terus menerus tersenyum sejak tau Kyuhyun mengajakku
berkencan dan aku menyetujuinya. Ini semua gara-gara kakak perempuan Kyuhyun,
Ahra onnie yang baru kusadari sangat teramat suka menguping pembicaraan orang
lain dan tidak bisa menjaga mulutnya ketika dengan santai menceritakan kejadian
semalam saat kami semua tengah sarapan pagi ini. Aku sampai tersedak dan sangat
susah bernapas karena menahan malu, ingin rasanya aku menyumpal mulutnya itu
dengan kaus kakiku yang belum pernah dicuci selama sebulan. Sedangkan Kyuhyun
hanya terlihat tidak suka dengan ucapan kakaknya itu, tidak terlihat ekspresi
terkejut atau murka sedikitpun diaura wajahnya, ia tenang-tenang saja. Tapi aku
tidak bisa, aku tidak mau rahasia itu sampai diketahui orang lain, cukup sampai
keluarga Kyuhyun saja, itu pun sudah membuatku ingin sekali kabur meninggalkan
rumahnya.
“Hyo Jin, kau harus mencoba gaun
ini. Ini gaun yang paling cocok untukmu.”
Ibu Kyuhyun tersenyum sumringah
sambil membujukku. Gaun itu tidak lebih baik dari pada 3 gaun sebelumnya yang
sudah kucoba. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, ibu Kyuhyun sangat terobsesi
padaku, dan yang lebih membuatku jengkel, dia sangat baik padaku, aku tidak
bisa menyakiti perasaannya. Aku tidak mau membuatnya kecewa, karena aku sudah
mengganggapnya seperti ibuku sendiri, bukan ibu yang menelantarkanku bersama
ayah sebagai single parent. Ibu kyuhyun tidak pernah mengungkit-ungkit masalah
keluargaku yang begitu runyam, dan dia selalu menyemangatiku untuk selalu
melakukan yang terbaik, maka dari itu aku hanya menuruti perkataannya tanpa
melawan. Jika tidak, sudah kubakar
gaun-gaun yang sempat menempel ditubuhku itu.
“Omma, itu tidak cocok untuk Hyo
Jin, terlalu kontras dengan sifatnya yang keras. Tidak cocok untuk seorang
gadis yang nantinya hanya akan merusak gaun itu. Gaun itu terlalu indah.”
Aku menatap Kyuhyun dan mendesis
kearahnya. Dia hanya tersenyum miring pertanda mengejek.
“Aku akan mencobanya omonim.”
^CHU^
Aku tidak tahu apakah aku salah
lihat atau memang Kyuhyun terlihat sangat terkejut ketika melihatku keluar dari
ruang ganti dengan menggunakan gaun pilihan ommanya. Gaun
tanpa lengan yang dipilih omma Kyuhyun memang sangat pas ditubuhku. Gaun putih
tulang dengan renda berpita diujung pinggang, tidak terlalu mencolok memang,
tapi cukup untuk membuat setiap pasang mata menoleh hanya untuk mengamatinya.
Tak terkecuali Kyuhyun, aku puas
sekali ketika melihat setan iblis itu terperangah selama beberapa detik ketika
melihatku. Jarang-jarang aku bisa melihatnya menjadi idiot seperti itu.
“Aigo, kau cantik sekali Hyo
Jin-ya.” Puji omma Kyuhyun yang kubalas dengan senyum singkat.
Ya, kuakui gaun ini memang
cantik, tapi jujur saja, aku tidak yakin gaun ini dapat mengubah penampilanku
menjadi lebih baik. Bukan gadis rembes yang hanya memakai baju kemeja, celana
jeans, dan sepatu tali tiap harinya. Aku benar-benar tidak merasakan perubahan
itu kecuali 2 orang dihadapanku ini.
“Lumayan. Setidaknya dia lebih
terlihat seperti seorang wanita.” Sahut Kyuhyun.
“Yak. Maksudmu selama ini aku
bukan seorang wanita?”
Aku menatapnya geram, benar-benar
geram. Oke, aku memang bukan seorang gadis fashionista yang tergila-gila pada
mode pakaian dan segala pernak pernik yang memberatkan leher dan tanganku. Aku
juga bukan seorang gadis yang rajin menghabiskan waktu ditempat pemotongan
rambut serta pengecatan kuku selama berjam-jam. Aku lebih suka berpakaian
sesuai keinginanku, berdandan apa adanya dan pergi sesuka hatiku.
Kyuhyun hampir saja membalas
perkataanku sebelum sebuah benda berdering keras disaku celananya,
handphonenya.
Ia terlihat sedikit aneh ketika
melihat siapa yang sedang berusaha menghubunginya. Terlihat seperti.. Syok, dan
berusaha menutu-nutupi sesuatu.
“Aku keluar sebentar omma.”
Kyuhyun beranjak keluar dengan
handphone menempel ditelinganya. Tidak menanggapi sedikitpun teriakan dari
ommanya yang menyuruhnya mencoba tuxedo yang sudah dipilihnya.
“Hyo Jin, tolong panggilkan
Kyuhyun diluar. Aku ingin dia mencoba tuxedonya telebih dahulu sebelum aku
membayar tagihannya.”
“Ne omonim.”
Dengan sedikit tidak rela aku
mengangkat ekor gaun yang kupakai agar tidak terseret-seret kasar karena
hentakan kakiku yang sangat keras. Aku sudah bilang jika aku tidak bisa menolak
setiap perintah ibu Kyuhyun, termasuk permintaan tolongnya kali ini. Jika bukan
ibu Kyuhyun yang menyuruhku, aku tidak akan –pernah- mau memanggil iblis itu
kembali. Biarkan saja dia tidak ada, itu lebih baik dari pada berdebat terus
dengannya.
Aku menoleh kekanan dan kekiri
begitu keluar dari butik. Mencari keberadaan Kyuhyun yang sepertinya tidak pergi
terlalu jauh karena mobil yang dipakainya untuk mengatar kami kesini masih
terparkir tidak bergerak didepan butik. Aku melemparkan pandangan geram ketika
setiap orang yang melewati etalase butik melihatiku dengan pandangan penuh
tanya, tidak sedikit dari mereka yang berbisik-bisik tidak jelas dan
memperhatikanku dari atas sampai bawah. Aku tidak melihat ada yang salah
denganku? Kecuali gaun yang melekat ditubuhku ini yang membuatku terlihat seperti
pengantin yang kabur dari upacara pernikahannya.
“Itu dia. Kenapa pergi sejauh itu
hanya untuk menerima panggilan? Bodoh.”
Aku menemukan Kyuhyun berdiri
sejauh 3 meter dari ujung butik dengan handphone yang masih menempel
ditelinganya. Masih terlihat asyik dengan pembicaraannya dengan seseorang
diseberang teleponnya.
Aku hampir meneriaki namanya
untuk memanggilnya kalau saja aku tidak terkejut saat mendengar sebaris kalimat
yang keluar dari mulutnya untuk seseorang yang sedang berbincang dengannya.
“Aku minta maaf untuk semuanya
Seo Hyun. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bisa memintamu untuk menungguku
lagi. Relakan aku dengan semua keputusan ini. Dan aku selalu mencintaimu,
selamanya.”
Aku terdiam, membeku diantara
ribuan spekulasi yang berputar-putar didalam kepalaku. Aku –bisa dibilang-
sangat terkejut begitu mengetahui ada seseorang didalam hati Kyuhyun yang
sangat ia cintai. Dan secara tidak langsung, aku sudah menyakitinya karena
sebuah perjodohan konyol antara aku dan Kyuhyun.
oOO> In The Night
Kiss <OOo
oOO >First
Kiss<OOo
^To Be Continued^
ANYOOOOONNNNGGG…. #teriak pake
toak
Jangan salahkan saya kenapa
mempost fanfic baru.. ini Cuma numpang lewat diotak saya dan entah kenapa
tangan saya menuntun saya menuju blog ini..
Maaf beribu maaf buat teaser ff
yang membanjir itu..
Sedikit curhat, selama sebulan
(terhitung mulai bulan april s/d mei) saya selalu curi-curi waktu disekolah
hanya untuk numpang sinyal internet.. bayangkan saya hanya mempunyai waktu 4
jam perhari dan harus berbagi sinyal dengan puluhan siswa lainnya.. itu tidak mudah..
Belum lagi ratusan downloadtan
yang membeludak.. bikin saya kelabakan waktu mau mempostkan teaser fanfic itu..
dengan waktu yang minim, saya dengan otak kosong langsung mempost kan nya.. dan
sekarang, entah kenapa saya merasa blog ini sedikit terlihat.. berantakan..
Mungkin dalam waktu dekat saya
berniat menghilangkan sedikit postan tidak penting dari blog ini.. seperti
fanfic-fanfic yang saya rasa benar-benar tidak bisa saya lanjutkan.. bukan
karena saya bosan, tapi karena saya takut readers tidak suka..
Belum lagi kegiatan-kegiatan
mahasiswa baru yang menyita waktu saya, saya rasa saya sudah tidak sanggup.. saya
akan menulis lagi jika hanya ada waktu, saya tidak akan menulis jika mood saya
benar-benar dalam keadaan tidak ingin.. jadi mohon memaklumi..
Okelah, sekian uneg-unegnya..
saya Cuma mau ngejelasin aja, saya gak heran kalo ada yang mau marah, karena janji
jani gombal saya yang kemaren-kemaren.. hahaha.. MAAFKAN SAYA YA YEOROBEUN..
Maaf juga buat dewi onnie, mifta
onnie, okta onnie karena gak bisa bikin ff pesanan kalian.. sekarang aja
castnya aku udah lupa.. #peace
Oke, saya juga minta maaf sama
okta onnie karena meminjam suaminya untuk cast ff ini tanpa sepengetahuannya..
hehe.. anggap aja cast ceweknya dirimu onnie..
Dan saya bangga loh.. ff ini selese
Cuma dalam waktu sejam.. #buset
Secepat apa saya mengetik? Entah
lah? Saya juga bingung sendiri..
Ya sudah deh, selamat membaca..
Koment boleh, gak koment juga
boleh, asal JANGAN BASHING!
Saya sudah senang kalo karya saya
dibaca.. karena saya mulai mengubah cara pandang saya tentang adanya readers..
gak perlu deh itu namanya minta koment, like atau segala macamnya, toh aku juga
pernah kaya gitu.. bohong banget aku kalo bilang gak pernah..
Hahaha.. #cincong lo thor
Kalo ada yang mau ditanyain,
tanyain aja.. aku usahakan untuk menjawabnya..
Haha.. sudahlah.. happy reading
guys..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar